BerandaDaerah

Tanpa Izin Orang Tua, Guru SD Cukur Rambut Siswi Karena Kutu

12

Seorang guru SD di Cianjur menjadi sorotan warganet setelah mencukur rambut siswinya tanpa izin dari orang tuanya hingga botak karena dianggap memiliki banyak kutu.

Insiden viral di media sosial menunjukkan seorang siswi SD di Kabupaten CianjurJawa Baratdigunduli oleh gurunya karena dianggap memiliki banyak kutu.

Peristiwa yang terjadi di Babakan, Mekarwangi ini memicu perhatian dan kecaman dari masyarakat. Keluarga siswi mengungkapkan kekecewaan mendalam atas tindakan guru yang menggunduli rambut anak mereka tanpa persetujuan terlebih dahulu dari orang tua.

Dalam video yang diunggah akun Instagram @folkjawabarat_, terlihat siswi SD tersebut pulang dari sekolah dengan menangis dan wajah tertutup kerudung putih, tampak sedih.

Kepada orang tuanya, ia mengaku bahwa rambutnya digunduli oleh guru untuk mengatasi masalah kutu. Video yang diperkirakan direkam oleh anggota keluarga tersebut memperlihatkan reaksi terkejut dan tidak terima dari pihak keluarga.

Dalam video tersebut, salah satu orang tua siswi mengungkapkan kekesalannya dalam bahasa Sunda, mengatakan, “Astaghfirullahaladzim, ieu murangkalih teh carita na nembe uih sakola.” 

Keluarga menjelaskan bahwa alasan guru menggunduli rambut siswi tersebut adalah untuk mengatasi kutu. “Alasannya digunduli karena banyak kutu,” ujar salah satu anggota keluarga dalam video.

Meski demikian, keluarga tidak setuju dengan keputusan yang diambil tanpa komunikasi lebih dulu. Mereka mempertanyakan langkah drastis tersebut, mengingat masih ada cara lain yang lebih bijaksana untuk mengatasi masalah kutu tanpa memangkas rambut.

“Kami sangat menghormati ibu/bapak guru, tapi apakah tidak ada cara lain selain menggunduli anak kami?” ujar perekam video, menyatakan ketidaksetujuan mereka atas tindakan guru tersebut.

Keluarga juga mengungkapkan bahwa tindakan menggunduli rambut telah memengaruhi kondisi psikologis siswi SD tersebut.

Kini, anak itu menjadi murung dan enggan kembali ke sekolah. Menurut keluarga, bahkan saat disarankan untuk sekolah, siswi tersebut menolak karena sudah merasa tidak nyaman.

“Saya sebagai orang tua merasa sangat sakit hati melihat anak saya diperlakukan seperti ini,” ungkap keluarga korban. “Bahkan dia tidak ingin sekolah lagi,” tambahnya.

Keluarga kini menuntut pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan guru atas tindakan yang dianggap tidak sesuai tersebut. Mereka berharap sekolah memberikan tanggapan yang bijaksana dan mengambil langkah yang dapat memulihkan kepercayaan anak untuk kembali bersekolah.

“Bagaimana setelah ini, apakah ada tanggung jawabnya?” ujar salah satu anggota keluarga dengan penyesalan. 

Exit mobile version