TERMINALBERITA.COM, BALANGAN – Di tengah hiruk-pikuk persiapan pernikahan, ada satu momen yang begitu menyentuh dan tak pernah terlewatkan bagi warga Desa Ajung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan — sidang adat.
Tradisi ini tak hanya jadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga menjadi ruang pertemuan dua keluarga untuk saling mengenal lebih dalam dalam suasana yang penuh khidmat.
Sidang adat digelar sebelum hari pernikahan. Di sanalah keluarga mempelai laki-laki dan perempuan duduk bersama, membahas segala hal yang berkaitan dengan pernikahan—dari bentuk dan besaran mahar, tata cara pelaksanaan acara, hingga nilai-nilai adat yang harus dijaga bersama.
Namun lebih dari itu, sidang adat juga menjadi ajang mengisahkan perjalanan cinta kedua mempelai. Dari momen pertama kali berjumpa hingga detik mereka mantap menuju pelaminan, kisah itu diceritakan di hadapan keluarga besar dan para tokoh adat.
“Tradisi ini mengajarkan bahwa pernikahan bukan sekadar pesta. Ini adalah pertemuan dua keluarga, dua budaya, dua harapan. Di sinilah kami ingin semuanya dimulai dengan jujur dan terbuka,” ungkap Aliador, Kepala Adat Dayak Pitap, penuh makna.
Bagi masyarakat Ajung, sidang adat bukanlah beban, melainkan warisan yang menghangatkan. Di balik aturan dan kesepakatan, tersimpan doa, restu, dan harapan agar rumah tangga yang akan dibangun benar-benar kokoh, bukan hanya secara lahir tapi juga secara adat dan batin.
Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi ini tetap hidup — tak lekang oleh waktu, tak pudar oleh zaman.